Dini Nurlelasari, Mahasiswa Bidikmisi yang Lulus Kuliah Kurang dari Tiga Tahun
Friday, 28 Feb 2014
Jakarta, Kemdikbud
--- Setelah menempuh studi selama 2 tahun 11 bulan, Dini Nurlelasari
akhirnya berhasil meraih gelar sarjana dan diwisuda pada Agustus 2013
lalu. Lulusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad ini
merupakan penerima Bidikmisi pertama yang lulus dari Universitas
Padjadjaran (Unpad).
“Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah memberikan saya kesempatan untuk mendapatkan Bidikmisi. Namun tidak berhenti sampai di sini, tanggung jawab yang lebih besar ada di depan mata. Saya harus bisa bermanfaat untuk orang banyak,” tutur Dini saat ditemui di acara Silaturahim Nasional Bidikmisi, Jakarta, (26/2/2014).
Sebagai penerima Bidikmisi, Dini menuturkan bahwa banyak manfaat yang ia dapatkan. Selain kuliah di perguruan tinggi negeri secara gratis, ia juga mendapatkan tunjangan setiap bulan dan uang buku setiap semester. Dengan demikian, Dini tidak membebani orang tuanya. “Saya bisa meringankan beban orang tua. Orang tua saya dagang seadanya,” ungkap gadis kelahiran Bandung, 19 Februari 1992 ini.
Dengan dibebaskannya dari biaya kuliah, Dini mengaku memiliki beban moral tersendiri. Ia menjadi terpacu untuk berprestasi dan belajar lebih semangat lagi. Apa yang didapatnya, harus “dikembalikan” juga pada negara. Ia harus menjadi orang yang bermanfaat untuk bangsa dan negara.
“Saya ingin bisa melanjutkan studi, soalnya kalau sudah tambah tua nanti konsentrasi berkurang, kesibukan juga semakin bertambah. Makanya kalau bisa cepat kenapa enggak,” tutur Dini yang berhasil lulus Sarjana dengan IPK 3,59 ini.
Ditanya soal strategi belajar, Dini mengaku tidak memiliki strategi khusus. Ia juga mengaku dapat membagi waktu secara seimbang antara belajar, bermain, dan berorganisasi. “Ya kalau ada tugas jangan ditunda-tunda, harus langsung dikerjakan. Di kelas juga harus fokus sama apa yang disampaikan dosen. Kalau waktunya main ya main, waktunya belajar ya belajar. Harus bisa menempatkan waktu yang sesuai,” tutur Dini yang aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah ini.
Dengan apa yang diperolehnya saat ini, Dini berharap bisa mengamalkan ilmunya minimal untuk orang-orang disekitarnya. Ia juga ingin meningkatkan kualitas diri agar bisa bermanfaat untuk masyarakat. Ke depannya, Dini berharap dapat mewujudkan cita-citanya untuk menjadi dosen.
Dengan menjadi dosen, Dini ingin mendidik sekaligus membentuk generasi muda untuk bisa berjuang membangun bangsa. Selain itu, ia juga ingin melakukan berbagai penelitian yang dapat bermanfaat untuk orang banyak, terutama terkait bidang ilmu yang kini sedang ditekuninya, ilmu pariwisata.
“Walaupun negara lain sudah maju, sebenarnya Indonesia gak ketinggalan tapi sedang berkembang. Jadi ya perkembangan ilmu pengetahuan sudah cukup bagus, tapi musti lebih banyak lagi kaum muda yang bangkit untuk membangun bangsa ini,” ujar Dini.
“Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah memberikan saya kesempatan untuk mendapatkan Bidikmisi. Namun tidak berhenti sampai di sini, tanggung jawab yang lebih besar ada di depan mata. Saya harus bisa bermanfaat untuk orang banyak,” tutur Dini saat ditemui di acara Silaturahim Nasional Bidikmisi, Jakarta, (26/2/2014).
Sebagai penerima Bidikmisi, Dini menuturkan bahwa banyak manfaat yang ia dapatkan. Selain kuliah di perguruan tinggi negeri secara gratis, ia juga mendapatkan tunjangan setiap bulan dan uang buku setiap semester. Dengan demikian, Dini tidak membebani orang tuanya. “Saya bisa meringankan beban orang tua. Orang tua saya dagang seadanya,” ungkap gadis kelahiran Bandung, 19 Februari 1992 ini.
Dengan dibebaskannya dari biaya kuliah, Dini mengaku memiliki beban moral tersendiri. Ia menjadi terpacu untuk berprestasi dan belajar lebih semangat lagi. Apa yang didapatnya, harus “dikembalikan” juga pada negara. Ia harus menjadi orang yang bermanfaat untuk bangsa dan negara.
“Saya ingin bisa melanjutkan studi, soalnya kalau sudah tambah tua nanti konsentrasi berkurang, kesibukan juga semakin bertambah. Makanya kalau bisa cepat kenapa enggak,” tutur Dini yang berhasil lulus Sarjana dengan IPK 3,59 ini.
Ditanya soal strategi belajar, Dini mengaku tidak memiliki strategi khusus. Ia juga mengaku dapat membagi waktu secara seimbang antara belajar, bermain, dan berorganisasi. “Ya kalau ada tugas jangan ditunda-tunda, harus langsung dikerjakan. Di kelas juga harus fokus sama apa yang disampaikan dosen. Kalau waktunya main ya main, waktunya belajar ya belajar. Harus bisa menempatkan waktu yang sesuai,” tutur Dini yang aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah ini.
Dengan apa yang diperolehnya saat ini, Dini berharap bisa mengamalkan ilmunya minimal untuk orang-orang disekitarnya. Ia juga ingin meningkatkan kualitas diri agar bisa bermanfaat untuk masyarakat. Ke depannya, Dini berharap dapat mewujudkan cita-citanya untuk menjadi dosen.
Dengan menjadi dosen, Dini ingin mendidik sekaligus membentuk generasi muda untuk bisa berjuang membangun bangsa. Selain itu, ia juga ingin melakukan berbagai penelitian yang dapat bermanfaat untuk orang banyak, terutama terkait bidang ilmu yang kini sedang ditekuninya, ilmu pariwisata.
“Walaupun negara lain sudah maju, sebenarnya Indonesia gak ketinggalan tapi sedang berkembang. Jadi ya perkembangan ilmu pengetahuan sudah cukup bagus, tapi musti lebih banyak lagi kaum muda yang bangkit untuk membangun bangsa ini,” ujar Dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar